Setelah 11 Tahun, Impor Beras dari Kamboja Masuk RI sebanyak 3.500 Ton

by -160 Views

Kamis, 2 November 2023 – 16:30 WIB

Jakarta – Sebanyak 3.500 ton beras impor dari Kamboja telah masuk ke Indonesia untuk memperkuat Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Jumlah tersebut baru mencapai 10.000 ton dari target yang ditetapkan.

Baca Juga:

Harga Pangan 2 November 2023: Bawang hingga Cabai Masih Naik

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa kedatangan beras impor ini adalah hasil dari pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet pada 4 September lalu.

“Hari ini adalah pertama kalinya beras dari Kamboja dikirim setelah adanya MoU sejak 11 tahun yang lalu. Selama 11 tahun tersebut, tidak ada yang dapat melaksanakan MoU tersebut dan tidak ada satupun butir beras yang masuk. Namun, sekarang kita dapat melakukannya dan akhirnya terjadi hari ini. Sekarang beras dari Kamboja dapat masuk dan kualitasnya sangat baik,” kata Arief dalam keterangannya Kamis, 2 November 2023.

Baca Juga:

Harga Beras dan Cabai Naik karena El Nino, Kemenkeu Optimalkan APBN

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di Gudang Bulog

Arief menjelaskan bahwa stok beras ini hanya untuk CPP yang merupakan bagian yang harus dimiliki oleh Perum Bulog.

Baca Juga:

Rupiah Melemah, BPS: Inflasi Barang Impor Perlu Diwaspadai

“Apalagi Bapak Presiden Joko Widodo telah meminta bantuan pangan berupa beras untuk masyarakat terus dilanjutkan dan stok beras di Bulog akhir tahun ini minimal harus mencapai 1 juta ton,” jelasnya.

Arief menyebutkan bahwa dari impor beras Kamboja, terdapat total 140 kontainer yang masing-masing berisi 25 ton beras. Total keseluruhannya mencapai 3.500 ton, dan telah diambil sampel pengecekan oleh Badan Karantina Indonesia untuk memastikan keamanan dan mutu beras tersebut.

Arief mengatakan bahwa kedatangan stok beras dari luar negeri merupakan langkah pemerintah yang telah dipertimbangkan dengan seksama dan komprehensif. Ia memastikan penggunaannya hanya untuk program-program pemerintah seperti intervensi pasar dan bantuan kepada masyarakat.

“Kita tidak hanya sekadar mengimpor beras dari Kamboja dan menjadi pengimpor neto, bukan seperti itu. Potensi ekspor pupuk dari Kamboja melalui BUMN Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) juga besar, yaitu sebanyak 490 ribu ton untuk diekspor ke Kamboja yang saat ini dapat disiapkan,” ujarnya.

“Tentu, angka ini hanya setelah kebutuhan pupuk nasional, termasuk buffer, terpenuhi. Jadi, kita membeli beras dan pada saat yang sama menjual pupuk untuk membantu produksi pangan dunia,” tambahnya.

Halaman Selanjutnya

Arief mengatakan bahwa kedatangan stok beras dari luar negeri merupakan langkah pemerintah yang telah dipertimbangkan secara seksama dan komprehensif. Ia memastikan penggunaannya hanya untuk program-program pemerintah seperti intervensi pasar dan bantuan kepada masyarakat.