LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -40 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan dari Angkatan Bersenjata Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi ’45. Wajahnya bersahabat. Dia memiliki mata tajam dan sikap yang sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan. Dia bisa berbicara dengan lancar dalam beberapa bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.
Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tak terbatas. Mereka juga penuh keyakinan karena berhasil mengusir penjajah.

Pada pertemuan pertama saya dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Dia orang yang taat beragama dan rajin ke masjid. Dia yang pertama aktif untuk membatasi perilaku yang tidak teratur di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet saat saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saat itu saya adalah Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor kepada Komandan KOPASSANDHA saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang terawat dengan baik, dan seragam yang pas. Tidak ada satu pun sentimeter lemak yang terlihat. Dia suka menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan lengan bawah dan lengan atas yang besar. Dia tegas namun juga bersahabat.

Dia adalah gambaran dari generasi ’45, penuh keyakinan setelah mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tak terbatas. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan, menguasai berbagai bahasa asing.

Ketika pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.

Dia sangat religius dan rajin ke masjid. Dialah yang mulai memberantas ‘keburukan’ di antara Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sangat lazim di korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang baik dalam pertempuran juga harus pandai dalam minum-minum dan unggul dalam ‘kenakalan’ lainnya.

Yang menarik, jika dia menggunakan mobil dinas, dia tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, bahkan jika kursinya kosong. Saat itu, mobil dinas Komandan KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser beratap kanvas. Bagi dia, mobil dinas itu untuk para komandan, bukan untuk istri mereka. Inilah contoh yang menetapkan generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Pasukannya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi pemberantasan DI/TII di bawah kepemimpinan Kolonel Infantri Andi Muhammad Yusuf, Komandan Komando Teritorial XIV/Hasanuddin.

Dia bukan lulusan Akademi Militer. Ketika Indonesia baru saja menyatakan kemerdekaannya, negara belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira militer yang disebut P3AD di Bandung. Itulah tempat dia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD terkenal lainnya termasuk Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link