Peneliti dari Universitas Indonesia, Muhammad Syaroni Rofii, menganalisis peran penting Qatar dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang mengakhiri konflik di Gaza selama 15 bulan. Menurutnya, Qatar berperan sebagai mediator antara kedua pihak yang berseteru. Gencatan senjata ini juga dipandang sebagai upaya Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk meninggalkan warisan baik sebelum masa jabatannya berakhir. Selain itu, inisiatif ini juga disebut sebagai strategi penyelesaian konflik di Timur Tengah sebelum pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS.
Konflik di Gaza telah berlangsung lebih dari setahun dan memiliki dampak luas, membuat gencatan senjata ini diharapkan menjadi awal perdamaian yang dapat memberikan kepastian bagi masyarakat di wilayah tersebut. Sesuai dengan kesepakatan, pertukaran tawanan akan dilakukan secara bertahap dan warga Gaza yang sebelumnya mengungsi akan dapat kembali ke rumah mereka. Dengan dukungan dari Qatar, Mesir, dan AS, komunitas internasional berharap Gaza dapat kembali ke kondisi normal. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, juga memberikan dukungan terhadap gencatan senjata tersebut dan terus mendukung solusi dua-negara untuk konflik Palestina-Israel.
