Pada Senin, 27 Januari 2025, seorang pekerja migran asal Indonesia tewas ditembak di Perairan Tanjung Rhu, Malaysia. Insiden tragis tersebut terjadi pada Jumat, 24 Januari 2025, dengan penembakan dilakukan oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM). Direktur Eksekutif Migrant Watch, Aznil Tan, mengutuk kejadian penembakan ini sebagai bukti kegagalan sistem tata kelola antara Indonesia dan Malaysia. Menurutnya, kerja sama ketenagakerjaan kedua negara memiliki celah besar untuk terjadinya penyimpangan dalam penempatan pekerja migran.
Aznil menekankan pentingnya membangun sistem yang lebih adaptif untuk mengakomodasi pasar kerja yang kompleks dan tradisional di kedua negara. Dia menyatakan bahwa banyak warga Indonesia memilih bekerja secara ilegal di Malaysia karena prosesnya yang cepat dan mudah. Sementara itu, Malaysia juga menerima banyak pekerja ilegal karena dianggap lebih mudah dan murah. Aznil mendorong pemerintah Malaysia dan Indonesia untuk merevisi sistem yang ada agar tidak terus terjadi tragedi kemanusiaan seperti penembakan ini.
Menyadari persamaan bahasa dan budaya antara kedua negara, Aznil menyarankan agar proses penempatan pekerja dan majikan di sektor informal dan tradisional disederhanakan. Dia juga menuntut agar pemerintah Indonesia dan Malaysia menindak tegas insiden penembakan tersebut, mengingat korban hanyalah orang-orang yang berusaha mencari nafkah demi bertahan hidup. Wamen Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Christina Aryani, turut menjelaskan kronologi insiden itu dalam konferensi pers di Jakarta.
Mengingat kompleksitas masalah ini, dibutuhkan kerja sama antara kedua negara untuk memastikan perlindungan terhadap pekerja migran dan mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan. Semoga dengan langkah-langkah yang tepat, situasi bagi pekerja migran Indonesia di Malaysia akan lebih terjamin dan aman.