Stellantis Menutup Pabrik Vauxhall di Luton: Analisis Mendalam

by -31 Views

Stellantis, raksasa otomotif internasional, mengumumkan penutupan pabrik van Vauxhall di Luton, Inggris. Keputusan ini akan berdampak pada sekitar 1.100 pekerja yang merasa “dikhianati” dan “dikecewakan” oleh keputusan perusahaan tersebut. Produksi di Luton akan berhenti pada bulan April, dan pabrik tersebut akan menjadi kenangan pada bulan Juni. Namun, Stellantis memiliki rencana untuk mengonsolidasikan operasinya dengan mengalihkan produksi ke Ellesmere Port di Cheshire.

Ellesmere Port telah mengalami transformasi senilai 100 juta poundsterling dan sekarang menjadi pabrik manufaktur khusus kendaraan listrik (EV) pertama dan satu-satunya di Inggris. Stellantis berencana untuk memulai produksi kendaraan listrik ringan (LCV) di sana pada Q4 2026. Perusahaan telah mengajukan investasi tambahan sebesar £50 juta untuk meningkatkan kapasitas pabrik tersebut.

Reaksi terhadap keputusan ini tidak merata, dengan serikat pekerja Unite the Union mengecamnya sebagai “aib besar” dan “pengkhianatan” terhadap tenaga kerja. Mereka mempertanyakan keputusan Stellantis yang dianggap picik dan mengabaikan kontribusi jangka panjang pabrik terhadap industri otomotif Inggris.

Latar belakang dari penutupan pabrik ini adalah mandat Zero Emission Vehicle (ZEV) di Inggris, yang mewajibkan produsen untuk menjual kendaraan listrik dalam persentase tertentu setiap tahun. Stellantis menyuarakan keprihatinannya terhadap kebijakan ini, mengklaim bahwa mandat tersebut merugikan model bisnis perusahaan karena kurangnya insentif konsumen dan menurunnya minat terhadap kendaraan listrik.

Dengan nasib para pekerja di Luton yang masih tidak jelas, Stellantis berharap dapat memindahkan “ratusan” pekerjaan ke Ellesmere Port. Namun, bagi banyak orang, masa depan mereka tampak suram di tengah perubahan industri otomotif Inggris yang berkembang.