Uni Eropa Melarang Penggunaan Serat Karbon: Dampak dan Solusi

by -13 Views

Produsen mobil menggunakan serat karbon sebagai cara untuk menjaga kendaraan mereka tetap ringan namun tetap kuat. Bahan yang ringan ini menjadi favorit bagi pembuat mobil sport dan mobil listrik karena kombinasi daya tahan dan penghematan beratnya. Tetapi di sisi lain, Uni Eropa memiliki pandangan berbeda terhadap serat karbon yang dinyatakan sebagai “bahan berbahaya” di bawah hukum Uni Eropa, mengancam puluhan produsen mobil. Amandemen yang diajukan oleh Parlemen Eropa bertujuan untuk menambahkan serat karbon ke dalam daftar bahan berbahaya Uni Eropa, bersanding dengan bahan-bahan seperti timbal, kadmium, merkuri, dan kromium heksavalen. Spesifiknya, filamen serat karbon dipandang dapat menyebarkan partikel ke udara yang berpotensi berbahaya jika bersentuhan dengan kulit manusia, yang merupakan pertama kalinya serat karbon diidentifikasi sebagai bahan berbahaya oleh entitas pemerintah. Uni Eropa merencanakan implementasi amandemen ini mulai tahun 2029, yang berarti produsen otomotif harus secara bertahap menghentikan penggunaan serat karbon dalam produksinya. Dampaknya sudah mulai terasa, dengan saham produsen serat karbon Jepang merosot tajam setelah pengumuman itu. Merek-merek dari Asia seperti Teijin, Toray Industries, dan Mitsubishi Chemical, yang menguasai mayoritas pasar serat karbon global, diharapkan akan terkena dampak paling besar. Pembuat mobil sport, supercar, dan bahkan mobil listrik seperti BMW, Hyundai, Lucid, dan Tesla juga akan terdampak karena penggunaan serat karbon dalam konstruksi kendaraan mereka. Untuk sektor pesawat terbang dan otomotif yang merupakan industri senilai $5,5 miliar pada tahun 2024, diperkirakan akan memberikan perlawanan keras terhadap amandemen Uni Eropa ini sebelum menjadi undang-undang.

Source link