Seorang wanita dewasa muda di Bekasi, Jawa Barat, bernama SR (30 tahun) memutuskan untuk menggugurkan kandungannya yang berusia delapan bulan karena merasa terhalang untuk bekerja. Dia memesan obat aborsi secara daring dan minum obat tersebut di kamar indekos pada awal Oktober 2025. Menurut Kanit Reskrim Polsek Kebon Jeruk, Jakarta Barat, AKP Ganda Jaya Sibarani, SR minum 10 butir obat aborsi dalam satu hari karena kehamilan yang membuatnya tidak dapat bekerja. Saat obat tidak bereaksi, dia mencari pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di Kedoya, Jakarta Barat. Namun, saat di tempat kerja, SR mulai merasakan nyeri hingga sang majikan memintanya untuk berobat ke puskesmas terdekat.
Setelah diperiksa di puskesmas, denyut jantung bayi yang dikandungnya sudah tidak ada. Bayi dikeluarkan dan dilakukan autopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya. SR kemudian dibawa ke rumah sakit untuk perawatan sebelum akhirnya ditahan oleh kepolisian. Pada Selasa (21/10), kepolisian melakukan reka ulang kasus SR dengan menghadirkan saksi-saksi.
Pelaku dikenakan Pasal 76C dan Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman pidana maksimal 3 tahun 6 bulan. Proses hukum terhadap SR terus berlanjut untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
