Israel Mengebom Sebuah Rumah Sakit Di Gaza, Jenazah 500 Pasien Dan Petugas Kesehatan Yang Meninggal Tergeletak Di Halaman

by -162 Views

Jakarta – Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qudra, melaporkan lebih dari 500 orang tewas dalam serangan udara Israel di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza pada Selasa waktu setempat, 17 Oktober 2023.

Dari sekian banyak rekaman yang beredar di media sosial, terlihat jenazah tergeletak di sekitar halaman rumah sakit.

Menurut reporter kantor berita Turki, Anadolu, ribuan warga Palestina berada di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli ketika serangan Israel mengebom gedung tersebut.

Militer Israel mengatakan bahwa laporan kemungkinan serangan udara terhadap rumah sakit tersebut masih dalam peninjauan.

Lebih lanjut, menurut The Times of Israel, juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan dia belum memiliki semua informasi, dan rincian lebih lanjut akan diberikan jika memungkinkan.

Ia juga mengaku belum mengetahui apakah ledakan di rumah sakit tersebut merupakan serangan Israel.

Kelompok Palestina Hamas menyebut penargetan rumah sakit oleh Israel sebagai “genosida”.

Serangan udara terjadi pada hari ke-11 konflik saat ini. Dengan semakin banyaknya kelompok non-pemerintah dan pemimpin dunia yang mengatakan bahwa kampanye pemboman Israel di Jalur Gaza yang terkepung — termasuk fasilitas kesehatan, rumah dan tempat ibadah — melanggar hukum internasional dan mungkin merupakan kejahatan perang.

Rumah sakit di Jalur Gaza dipenuhi korban perang Israel-Hamas. Alhasil, truk es krim yang sudah dingin itu menjadi kamar mayat darurat.

Berdasarkan laporan Middle East Monitor pada Senin 16 Oktober 2023, serangan udara di Jalur Gaza telah memakan korban jiwa lebih dari 2.000 warga Palestina yang terjebak dalam pengepungan tersebut. Pemerintah Israel juga memutus pasokan air bersih dan listrik ke Jalur Gaza.

Tindakan ini berdampak pada 2 juta penduduk Jalur Gaza, termasuk rumah sakit dan layanan darurat.

Sebuah video yang ditampilkan di situs Middle East Monitor menunjukkan setidaknya dua truk es krim tempat jenazah disimpan di Gaza.

Jenazah disimpan di truk es krim sebelum dikembalikan ke keluarga.

Pria yang merekam truk es krim tersebut mengatakan, isi truk tersebut merupakan korban pembunuhan akibat tindakan Israel.

“Ini truk es krim untuk jenazah. Jenazah. Karena tidak ada ruang untuk menyimpan jenazah, masyarakat Gaza mulai menggunakan truk es krim,” kata pria tersebut.

Komisaris Uni Eropa (UE) Thierry Breton telah mengirimkan surat peringatan ke beberapa platform online untuk menangani misinformasi mengenai perang Israel-Hamas.

Baru-baru ini, Breton menulis surat yang ditujukan kepada Google dan CEO Alphabet Sundar Pichai, mengingatkannya akan kewajiban perusahaan mengenai moderasi konten berdasarkan Undang-Undang Layanan Digital UE.

Secara khusus, Breton meminta Alphabet untuk “sangat waspada” terhadap konten perang Israel-Hamas yang diposting di YouTube.

“Komisi Eropa melihat lonjakan konten ilegal dan misinformasi yang disebarkan melalui platform tertentu,” katanya, seraya mengatakan kepada Pichai bahwa Alphabet mempunyai kewajiban untuk melindungi anak-anak dan remaja dari konten kekerasan yang menggambarkan penyanderaan dan hal-hal lainnya.

Breton juga memperingatkan Pichai bahwa jika Alphabet (induk Google) menerima pemberitahuan tentang konten ilegal dari UE, Alphabet harus meresponsnya tepat waktu.

Terakhir, ia mengingatkan para CEO bahwa perusahaan harus memiliki langkah mitigasi untuk menghadapi konten informasi yang tidak benar. Seperti dikutip dari Engadget, Minggu (15/10/2023).

Layanan berbagi video juga harus mampu membedakan sumber berita terpercaya dari propaganda teroris dan konten yang dimanipulasi, seperti video clickbait.

Juru bicara YouTube Ivy Choi mengatakan kepada The Verge bahwa layanan tersebut telah menghapus puluhan ribu video berbahaya dan menghentikan ratusan saluran, menyusul konflik yang sedang berlangsung di Israel dan Gaza.

Sistem platform tersebut, lanjutnya, terus menghubungkan masyarakat dengan berita dan informasi berkualitas tinggi.

“Tim YouTube bekerja sepanjang waktu untuk memantau rekaman berbahaya dan tetap waspada untuk mengambil tindakan cepat jika diperlukan pada semua jenis konten, termasuk Shorts dan live stream,” klaim Ivy Choi.