Prabowo dan Anies Baswedan Menghadiri Mujadalah di Kampung Kiai, Namun Ganjar Tidak hadir

by -123 Views

Malang – Dua Calon Presiden RI, Prabowo Subianto dan Anies Rasyid Baswedan, datang untuk memenuhi undangan Jami’yah Muslahatil Ummah Mujadalah Kiai Kampung seluruh Indonesia. Kegiatan ini berlangsung di Atamimi Palace, Villa Puncak Tidar Desa Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang pada Sabtu, 18 November 2023.

Untuk Prabowo Subianto, dia tiba pada sesi pertama sekitar pukul 12.30 WIB. Dia datang dengan gaya khas mengenakan songkok atau peci dengan kemeja putih panjang. Salah satu program yang dibahas adalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 2022, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi terbesar sejak 2014 dengan angka 5,31 persen.

Prabowo menyebut kunci pertumbuhan ekonomi di Indonesia karena iklim politik yang tenang dan sejuk. Hal ini dikatakan Prabowo sebagai wujud tangan dingin Presiden RI Joko Widodo.

Keputusan Jokowi merangkul Prabowo setelah dikalahkan di Pemilihan Presiden 2019 membawa angin sejuk bagi kondisi politik tanah air. Keputusan Prabowo untuk bergabung dalam kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan turut menyudahi rivalitas panas yang terjadi selama Pilpres 2014 dan 2019 antara kedua kubu pendukung Jokowi dan Prabowo.

Anies Baswedan tiba sekitar pukul 20.53 WIB malam. Dia datang dengan menggunakan setelan busana muslim, memakai sarung, dengan kombinasi baju kokoh dan peci hitam. Dia mendapatkan resolusi dari para kiai kampung yang dibacakan oleh pencetus Mujadalah, Amin Ahmad Balbaid.

Resolusi tersebut berkaitan dengan kebutuhan dasar yang menjadi hak masyarakat dan harus terpenuhi, mulai dari pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, dan papan. Mereka ingin presiden terpilih membuat kebijakan berdasarkan pertimbangan kemaslahatan.

Sebagai informasi, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo juga seharusnya hadir dalam Mujadalah Kiai Kampung. Namun, karena jadwal yang padat, Ganjar Pranowo maupun Mahfud MD yang menjadi Cawapres berhalangan hadir.

Forum Mujadalah Kiai Kampung dianggap sebagai ajang yang tepat bagi tokoh-tokoh di kampung atau pedesaan seperti guru ngaji, imam masjid, juga para marbot untuk berkomunikasi langsung dengan calon pemimpin negeri. They could directly communicate with the country’s future leaders.