Keretakan Internal di Israel, Menteri Keamanan dan Panglima Militer Berselisih saat Rapat Kabinet

by -127 Views

Kamis, 21 Desember 2023 – 13:12 WIB

Tel Aviv – Isu keretakan hubungan antara Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir dengan panglima militer Israel makin meluas. Ben-Gvir bahkan menuduh tentara Israel menerbitkan informasi palsu tentang kekerasan pemukim di Tepi Barat, dan memicu teguran dari beberapa sekutu terdekat Israel.

Ben-Gvir, seorang pemimpin nasionalis sayap kanan, meminta Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant untuk memberikan klarifikasi atas laporan tentara Israel mengenai kekerasan pemukim. Dia menegaskan bahwa laporan tentara itu mengenai kekerasan pemukim telah menyebabkan kerusakan besar pada Israel.

Sanksi telah dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS), Inggris, dan negara-negara Barat lainnya terhadap beberapa pemukim ekstremis Israel di Tepi Barat. Mereka juga mendesak Tel Aviv berbuat lebih banyak untuk mengekang kekerasan yang dilakukan pemukim.

Sejak dimulainya perang Gaza pada 7 Oktober 2023, pasukan dan pemukim Israel telah meningkatkan serangan di wilayah pendudukan. Lebih dari 300 warga Palestina telah terbunuh sejak saat itu, dan ribuan lainnya ditangkap.

Selain itu, mulai terjadi peningkatan ketegangan antara Ben-Gvir dan pimpinan militer Israel.

Keretakan tersebut semakin meningkat baru-baru ini ketika tentara Israel mengatakan pihaknya menskors tentara yang memfilmkan diri mereka menyanyikan doa-doa Yahudi di sebuah masjid di Jenin, di Tepi Barat selama serangan selama tiga hari, yang menewaskan 12 warga Palestina, termasuk dua anak di bawah umur.

Ben-Gvir dilaporkan memarahi panglima militer Israel Herzi Halevi selama rapat kabinet keamanan karena memberhentikan tentaranya, dengan mengatakan hal itu merusak citra Israel di mata publik. “Saya ingin tentara yang meneriakkan Shema (doa Yahudi) di masjid kembali bertugas aktif,” kata Ben-Gvir, dikutip dari The New Arab, Kamis, 21 Desember 2023.

Menteri sayap kanan tersebut mengatakan kabinet perang seharusnya memiliki lebih banyak suara dalam urusan internal militer, namun Halevi langsung menolaknya. Mereka berdua dilaporkan saling berteriak dan menggunakan bahasa yang menghina.