Yahya Sinwar: Penjahat Mistis yang Mengatur Serangan Mematikan Hamas menurut Israel

by -91 Views

Sejak pecahnya Perang Hamas-Israel pada 7 Oktober lalu, ada satu nama yang kerap disebut-sebut sebagai dalang dari tiap gerakan tertata Hamas, dan sangat dibenci oleh Israel, yaitu Yahya Sinwar.

Para pejabat Israel mengatakan Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza dan anggota politbiro sejak 2013, adalah salah satu dalang di balik serangan 7 Oktober tersebut, bersama dengan Mohammed Deif, komandan sayap militer Hamas, Brigade Qassam, dan Marwan Issa, wakil Deif.

Namun Sinwar nampaknya mempunyai target terbesar di belakangnya, karena Netanyahu dan pejabat Israel lainnya menyebutnya sebagai “orang mati yang berjalan”.

Hal ini karena gerakan ‘misterius’ Sinwar, yang juga dikenal sebagai Abu Ibrahim, karena gerak-geriknya yang mulus.

Letnan Kolonel Richard Hecht, juru bicara militer Israel, menyebut Sinwar sebagai “wajah kejahatan”, sementara Presiden Amerika Serikat Joe Biden menggambarkan serangan yang diduga direncanakan Sinwar sebagai “kejahatan belaka”.

Siapa sebenarnya Yahya Anwar?

Yahya lahir pada tahun 1962 di sebuah kamp pengungsi di Khan Younis, Gaza selatan, dari sebuah keluarga yang telah diusir oleh para Zionis selama Nakba, atau “bencana” tahun 1948.

Mereka berasal dari daerah al-Majdal, sebuah desa Palestina yang dihancurkan dan dibangun untuk menciptakan kota Ashkelon oleh Israel.

Sebelum berusia 20 tahun, pada tahun 1982, Sinwar pertama kali ditangkap oleh otoritas Israel karena “kegiatan Islam”.

Pada tahun 1985, dia ditangkap lagi, dan pada masa kedua di penjara inilah dia bertemu dan menjadi dekat dengan pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin.

Sinwar tertarik pada Hamas dan, pada usia 25 tahun, ia membantu mendirikan al-Majd, organisasi keamanan internal milik Hamas, yang membuatnya mendapatkan reputasi tanpa kompromi dalam menangani warga Palestina yang berkolaborasi dengan Israel.

Pada tahun 1988, pada usia 26 tahun, Sinwar ditangkap dan didakwa merencanakan pembunuhan dua tentara Israel dan membunuh 12 warga Palestina. Dia dijatuhi empat hukuman seumur hidup.

Yahya Sinwar dipenjara selama 22 tahun. Selama 22 tahun tersebut, Sinwar tetap berdisiplin ketat, belajar berbicara dan membaca bahasa Ibrani dengan lancar dan menjadi pemimpin di antara para tahanan dan menjadi titik fokus negosiasi dengan staf penjara.

Penilaian pemerintah Israel selama ia berada di penjara menggambarkan Sinwar sebagai orang yang karismatik, kejam, manipulatif, puas dengan hal-hal kecil, licik dan tertutup.

Ehud Yaari, rekan dari Washington Institute for Near East Policy, yang empat kali mewawancarai Sinwar di penjara, mengatakan kepada BBC bahwa Sinwar adalah seorang psikopat. “(Tetapi) mengatakan tentang Sinwar, ‘Sinwar adalah seorang psikopat,’ adalah sebuah kesalahan, karena Anda akan merindukan sosok yang aneh dan kompleks ini”.

Pada tanggal 18 Oktober 2011, Israel menukar lebih dari 1.000 tahanan Palestina dengan Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang diculik oleh Hamas, dan Sinwar termasuk di antara warga Palestina yang ditukar dengan Shalit.

Di luar penjara, Sinwar dengan cepat naik jabatan di Hamas. Namanya masuk ke daftar PM Israel Netanyahu sebagai target pembunuhan, namun perdana menteri Israel diduga menolak rencana untuk membunuh Sinwar dalam beberapa kesempatan.

Pada tahun 2013, ia terpilih sebagai anggota politbiro Hamas di Jalur Gaza, sebelum menjadi pemimpin gerakan tersebut di Gaza pada tahun 2017, menggantikan Ismail Haniyeh.

Setelah naik ke posisi teratas, Sinwar menjadi bagian dari pembicaraan rekonsiliasi dengan Otoritas Palestina (PA). Namun perundingan tersebut akhirnya gagal. Sinwar sejak itu memandang PA dengan rasa permusuhan.

Namun, pada tahun 2018, Sinwar memberi isyarat bahwa taktik Hamas bergerak menuju perlawanan non-bersenjata. Perang lain dengan Israel “jelas bukan demi kepentingan kami,” katanya saat itu.

Namun pada akhir tahun 2022, perhitungan Sinwar tampaknya berubah.

Pada 14 Desember 2022, Sinwar dan para pemimpin Hamas lainnya mengatakan kepada massa besar di Gaza bahwa mereka memperkirakan akan terjadi “konfrontasi terbuka” setelah Israel memilih pemerintahan paling sayap kanan dalam sejarahnya.

Sebagai ketua kelompok tersebut, ia menangani hubungan luar negeri, termasuk memulihkan hubungan dengan kepemimpinan Mesir dan membangun kembali hubungan dengan Iran setelah perselisihan mengenai perang saudara di Suriah.

Saat ini, Sinwar berada di urutan kedua setelah Ismail Haniyeh dalam hierarki Hamas. Dia dianggap sebagai salah satu tokoh kunci yang menggerakkan Hamas ke arah yang lebih militan.

Hal ini mungkin karena Sinwar lebih terlihat dibandingkan pemimpin Hamas lainnya.

Misalnya, para ahli yakin Deif adalah dalang sebenarnya serangan 7 Oktober. Namun tidak seperti Sinwar yang dikenal karena pidato publiknya yang berapi-api, Deif sudah bertahun-tahun tidak terlihat di depan umum.

Hingga kini, setelah seluruh dunia mengenal namanya, tentara IDF telah dua kali gagal menangkap Yahya Sinwar.