Tantangan dan Harapan Sektor ESDM Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

by -69 Views

oleh Pemeriksa Kebijakan Publik, Pemilihan Umum (PBB) secara resmi menetapkan Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden terpilih dan Wakil Presiden terpilih dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024. Keputusan ini diambil setelah Mahkamah Konstitusi menolak gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum yang diajukan oleh pasangan nomor urut 01 dan 03, yaitu Anies Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mohammad Mahfud Mahmodin. Prabowo-Gibran meraih 96.214.691 suara atau 58,59% dari total suara sah pilpres sebesar 164.227.475 suara.

Pengucapan sumpah/janji presiden akan dilakukan pada Minggu 20 Oktober 2024 di hadapan seluruh pimpinan MPR periode 2024-2029. Seiring dengan hal tersebut, dinamika politik semakin memanas terkait arsitektur kabinet di era pemerintahan Prabowo-Gibran. Beberapa nama disebut-sebut akan menjadi menteri atau wakil menteri untuk memimpin kementerian yang ada.

Fokus tulisan ini akan difokuskan pada sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM). Kementerian ini memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ESDM untuk membantu Presiden dalam menjalankan pemerintahan negara. Dengan target pertumbuhan ekonomi 8%, pemerintahan Prabowo-Gibran memiliki tantangan besar di depan.

Dalam sektor minyak bumi, lifting minyak terus mengalami penurunan. Realisasi lifting minyak tahun lalu di bawah target yang telah ditetapkan. Investasi hulu migas juga masih perlu ditingkatkan untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Cadangan minyak Indonesia masih besar namun dibutuhkan eksplorasi yang lebih masif.

Transisi energi ke energi baru dan terbarukan juga menjadi fokus penting. Pengembangan EBET mulai menunjukkan perkembangan positif dan pemerintah berkomitmen untuk mencapai net zero emissons pada tahun 2060. Penggunaan EBET di sektor ketenagalistrikan juga terus meningkat.

PLN dan Kementerian ESDM telah menyelaraskan rencana pembangunan listrik berbasis EBT hingga 2040. Pengurangan penggunaan batu bara dalam PLTU juga sedang diupayakan. Alternatif penggunaan limbah padat kelapa sawit, pelet kayu, dan arang briket sebagai substitusi batu bara juga terus dikaji.

Pemerintah harus terus berusaha untuk meningkatkan investasi hulu migas, melakukan eksplorasi minyak bumi secara masif, serta mengembangkan energi baru dan terbarukan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dan net zero emisi. Semua pihak perlu bersinergi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan ini.

Source link